DR. H. M. Soerya Respationo, S.H., M.H Mengapresiasi Positif Semangat Rela Berkorban Umat Muslim di Momen Idul Adha
Jurnalsidik.com, Batam – Perayaan Idul Adha 1441 Hijriah ini merupakan momen penting bagi umat muslim. Melalui semangat rela berkorban saat Idul Adha, diharapkan menjadi penggerak utama untuk menciptakan kebersamaan dan bersatu dengan bergotong royong, demi memajukan pembangunan Kepulauan Riau yang bersatu menuju pada kesejahteraan masyarakat.
Sebagai tokoh masyarakat, HM Soerya Respationo diberikan kehormatan menyampaikan siraman rohani usai pelaksanaan Shalat di halaman Masjid Amanatul Ummah Batam, Perumahan Duta Mas, Batam Center, Jumat (31/7/2020) pagi.
“Untuk itu, semangat kebersamaan dan gotong royong yang dilandasi kekeluargaan ini harus selalu dipupuk dan dijaga. Sehingga rasa persatuan dan kesatuan bisa selalu dijaga,”kata Soerya Respationo.
Hikmah Idul Adha dipelajarinya dari perjalanan hidup dan kebenaran Al Quran. Saat itu, Dr. H. M. Soerya Respationo, S.H., M.H mengapresiasi positif semangat rela berkorban umat muslim. Namun, harapannya, semangat berkurban di hari Idul Adha merupakan pernyataan diri terhadap sikap Nabi Ibrahim di dalam kitab suci Al Quran.
Sikap Nabi yang patut diteladani, diuraikan Soerya Respationo menjadi lima sikap hidup Nabi Ibrahim di hadapan Allah SWT.
“Pertama, keyakinan. Nabi Ibrahim tidak takut, ketika mau dilempar diunggun api yang amat tinggi.”terang Romo (sapaan akrab-red) mengingatkan.
Romo menceritakan teguhnya keyakinan Nabi akan kesetiaan dan kemampuan Allah untuk memelihara dan melindungi. Dalam kehidupan ini dapat diaplikasikan bahwa Allah akan memelihara umatNya dari setiap musibah dan ujian kehidupan.
Lanjutnya, sikap kedua adalah keikhlasan yang terpancar dari tindakan Nabi Ibrahim ketika diperintahkan Allah melakukan perjalanan jauh bersama puteranya Ismail dan isterinya, menuju suatu tempat yang kemudian dikenal sekarang Mekah, Nabi Ibrahim melakukannya dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.
“Ketika telah tiba di tempat tak berpenghuni itu, Allah memerintahkannya kembali ke Palestina. Saat itu, Nabi harus meninggalkan isteri dan putera kesayangannya. Namun dia melakukannya dan yakin bahwa Allah adalah sebaik-baik pelindung dan pemberi rezeki.” jelas Romo.
Ketiga, kesabaran, papar Romo melanjutkan sikap teladan Nabi tentang besarnya kesabaran Nabi yang telah lama berdoa supaya memperoleh seorang anak laki-laki untuk melanjutkan keturunannya, tetapi doanya belum juga terkabul dan hingga sangat lama akhirnya dikabulkan Allah.
“Sebagaimana disebutkan dalam Alqur’an “Innii wahanal azmu minnii, wasyta’alarra’su syaibaa walam akun bidu’aaki rabbi syakiiya”, artinya Sesungguhnya tulang-tulangku sudah mulai lemah dan rambutku sudah memutih, aduh hai celakanya, doaku tidak kunjung dikabulkan”, terangnya.
Sikap keempat adalah Ketabahan Nabi Ibrahim, yang dibutuhkan dalam menghadapi masalah dan tantangan dalam hidup ini. Menurut Romo (sapaan Soerya Respationo-red), makin tinggi kedudukan seseorang dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya, makin besar tantangan yang dihadapi.
“Kelima, Nabi Ibrahim memiliki sikap konsisten atau Istiqomah. Ketika melakukan pencaharian kebenaran, dia melihat mahatari, disangkanya itulah adalah Tuhan. Ketika matahari redup, dia mengatakan pasti bukan Tuhan.” terang Soerya Respationo.
Diakhir pesannya, Soerya Respationo mengimbau seluruh lapisan masyarakat bisa mengambil hikmah dari Nabi Ibrahim. sehingga bisa semakin bertaqwa untuk bekal dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.
“Sikap konsisten dalam hidup ini amat penting untuk mencari kebenaran dan memperjuangkan kesuksesan di dalam hidup yamg diyakini baik dan benar disertai doa dan usaha keras,”pesannya.
Dalam kesempatan itu. DR H Muhammad Soerya Respationo SH MH bersama keluarga juga terlihat menyerahkan sapi kurban kepada pihak Mesjid.(Red).
629