Shares

Jakarta,  Jurnalsidik.com– Tidak hanya mengatasi sampah warga yang berada di sekitar aliran Sungai Citarum Bandung, Loseda (Lodong Sampah Sesa Dapur) berhasil memproduksi pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.

Hal tersebut disampaikan Dansektor 22 “Citarum Harum” Kolonel Inf Asep Rahman Taufik, di Bandung, Kamis (23/1/2020).

Diungkapkan Asep Rahman, awalnya dia hanya tergerak untuk mengatasi limbah sampah warga yang memenuhi sungai Citarum.

“Tumpukan sampah yang demikian banyak tentunya menjadi masalah yang serius terhadap kondisi sungai (Citarum) yang kita jaga ini, “ujar Asep Rahman.

Dari itu, lanjutnya, kami dan relawan Citarum Sektor 22 mencoba melakukan inovasi untuk mengurangi sampah yang mudah didaur, yaitu yang berasal dari dapur, dengan menggunakan alat dan bahan yang murah.

“Yaitu Loseda atau Lodong Sampah Sesa Dapur. Dalam bahasa Sunda, Lodong itu biasanya tabung terbuat dari bambu. Namun karena jarang, bambu digantikan dengan pipa paralon,” terang Asep Rahman.

“Nah, kalau sesa, itu artinya sisa atau limbah,” imbuhnya sambil tersenyum.

Dengan peralatan sederhana dan biaya yang cukup murah, kini Asep Rahman bersama relawan Citarum sektor 22 mengembangkan Loseda dengan menggunakan paralon berukuran 3 sampai 6 Inchi dan panjang 120 cm.

“Ini saya dapat dari pengalaman pribadi kolaborasi dengan relawan Citarum sektor 22 bagaimana mengelola sampah sisa dapur agar tidak mengotori lingkungan bahkan dapat memberikan manfaat bagi kesuburan tanah, “ tuturnya.

Kemudian dijelaskan Asep Rahman bahwa pada bagian bawah pipa paralon dilubangi dengan jarak 40 cm disamping paralon dengan menggunakan bor, paku ataupun gergaji sebagai sarana sirkulasi udara dan cairan dari sampah yang terkumpul .

“Pipa yang sudah dilubangi, ditanamkan di lubang tanah sedalam 40 cm, sehingga lubang di paralon pun terbenam kokoh,” urai Asep Rahman.

BACA YANG LAIN JUGA :   Unit Pengelolaan Ikan Gorontalo, Rutin Sosialisasi Cegah Covid -19

“Setelah itu, sisa-sisa sampah dapur dimasukkan kedalam pipa dan kemudian diberi sedikit air kelapa ataupun sisa-sisa buah yang mengandung kadar glukosa tinggi, kandungan glukosa ini yang akan memfermentasi sampah-sampah organik tersebut, “ jelasnya.

Dari hasil percobaan yang dilakukannya bersama warga RW 05 Kelurahan Malabar Kecamatan Lengkong, Asep mengatakan bahwa dalam 40 hari, 3 kg sampah dapur per hari belum bisa memenuhi Loseda.

“Berarti fermentasi berhasil, volume sampah berkurang dan menjadi residu. Nah residu ini nantinya menjadi kompos untuk mempupuk tanah pengganti pupuk kimia. Jadi Loseda tidak saja mengatasi sampah, tapi juga bisa memproduksi pupuk alternatif yang murah dan ramah lingkungan,” tutur Asep Rahman.

Metode yang dilaksanakannya ini bisa dilakukan di setiap rumah tangga, atau jika lahan terbatas maka dalam satu RT memiliki lima sampai tujuh buah Loseda.

“Dengan metode Loseda ini diharapkan kita dapat mengurangi limbah sampah rumah tangga, terlebih lagi sebagai kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan maupun di sungai, “ pungkasnya. (Dispenad)

781
Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *