Shares

Jakarta. Jurnalsidik.com,- Kebijakan belajar dari rumah selama masa pandemi COVID-19 mulai berdampak negatif. Pasalnya, sebagian anak merasa jenuh bahkan stres karena tidak nyaman belajar daring. Kondisi itu disampaikan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengenai fakta yang diterima dari ratusan pengaduan yang masuk baik dari orang tua maupun siswa.

Keluhan terhadap metode belajar dan banyaknya tugas dari guru, menurut Pengamat dan Praktisi Pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji, bisa terjadi karena mayoritas guru di Indonesia tidak berkualitas, hanya terfokus pada capaian kurikulum, tanpa memikirkan kondisi siswa.

“Guru-guru kita itu kualitasnya rendah. Hanya 2,5 persen dari 3 juta guru yang berkualitas, sisanya 2,9 jutaan tidak bisa mengajar dengan baik,” kata Indra, Sabtu, 2/5/2020.

Indra menegaskan, rendahnya kualitas guru berstatus Pegawai negeri sipil (PNS), terbukti dengan banyaknya siswa yang tidak siap belajar daring dan siswa tidak bisa menikmati pelajaran, sehingga menjadi jenuh. Menurutnya, kualitas guru dilihat dari inovasi dan bagaimana kesiapannya mengajari siswa di segala situasi. Baik kondisi normal maupun abnormal.

“Di masa pandemi, sekarang terbuka semua kan ya, guru-guru kita kompetensinya rendah terutama dalam penguasaan teknologi. Hanya 2,5 persen yang tidak gagap teknologi. Selebihnya gaptek alias gagap teknologi,” ujarnya.

Lanjut Indra menjelaskan perbandingan terbalik dengan dana yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan (Kemendikbud) dalam meningkatkan kualitas guru. Ditambah, bertambah mata pelajaran Teknologi Informasi dalam kurikulum meski hanya sebagai pilihan.

“Gemes saya lihat kualitas guru kita, sudah dikasih pelatihan, tunjangan sertifikasi guru, masih banyak yang gaptek. Ini loh datanya enggak bisa nipu, kelompok yang enggak gaptek itu hanya 2,5 persen, sisanya gaptek 97,5 persen loh. Lantas anggaran miliaran hingga triliunan yang sudah dikasi untuk apa kalau gurunya masih gaptek juga,” terang Indra.

BACA YANG LAIN JUGA :   Imbauan Ketua DPD GAAN Provinsi Gorontalo Sambut Ramadhan

Rendahnya penguasaan teknologi ini, lanjutnya, karena pelatihannya tidak berpola dan kualitas pelatihnya juga sangat dipertanyakan. Alhasil dana negara hanya terbuang percuma tanpa hasil yang sesuai diharapkan.

Penulis: Zulkarnain

515
Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *